DATAJAMBI, Medan – Dari sisi persaingan usaha, daya saing para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia terhitung masih lemah.
“Salah satu tantangan terbesar Indonesia dalam UMKM yaitu dengan masuknya beragam produk dari Tiongkok yang memiliki kualitas lebih baik dan harga yang lebih murah,” kata Ridho Pamungkas.
Sebagai informasi, Ridho Pamungkas adalah Kepala Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kantor Wilayah (Kanwil) I Sumatera bagian Utara (Sumbagut).
Pernyataan soal masih lemahnya daya saing para pelaku UMKM di Indonesia disampaikan Ridho Pamungkas dalam acara diskusi kelompok terpumpun atau focus group discussion (DKT/FGD) bertema “Kesiapan Dunia Usaha Menghadapi Integrasi Ekonomi ASEAN”.
DKT itu digelar di Universitas Sumatera Utara (USU) dalam rangka melakukan program pengabdian masyarakat Fakultas Hukum (FH) USU Tahun 2023 melalui Prof Dr Ningrum Natasya Sirait SH MLi.
Hadir di diskusi itu yakni Ong Tze En Burton selaku EW Barker Centre for Law & Business Faculty of Law National University of Singapore sebagai salah satu narasumber.
Adapun peserta dari kegiatan dihadiri oleh perwakilan dari Kamar Dagang Industri (Kadin) Sumut, perwakilan Pemerintah Kota (Pemko) Medan, dan mahasiswa FH USU.
Kata Ridho Pamungkas terganggunya industri dalam negeri tentu menghilangkan nilai-nilai kebijakan perdagangan internasional seperti kebijakan proteksi.
Dengan demikian, kata Ridho, industri-industri di dalam negeri yang sedang tumbuh tidak dapat terlindungi dari persaingan barang-barang impor.
“Pasar akhirnya dibanjiri barang-barang impor, serta menutupi barang produksi asli Indonesia,” kata Ridho Pamungkas.
Ia bilang hal ini diakibatkan dari penghapusan tarif di dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN, sehingga negara – negara dapat menjual produknya lebih murah.
Kata dia, daya saing sumber daya manusia, hardskill dan softskill tenaga kerja Indonesia harus ditingkatkan minimal memenuhi ketentuan standar yang telah disepakati.
“Untuk itu, Indonesia harus dapat meningkatkan kualitas tenaga kerjanya sehingga bisa digunakan baik didalam negeri maupun intra-ASEAN,” kata dia.
Ia bilang, ada kendala lain yang dihadapi para oelaku UMKM Indonesia, yakni kesulitan memperoleh pinjaman dari bank.
“Kalau pun ada, maka kredit bunga lebih besar daripada pokok pinjaman,” sindir Ridho Pamungkas.
Ridho berharap pelaku usaha di Sumut membiasakan diri untuk bersaing secara sehat untuk menghadapi pasar terintegrasi ASEAN.
Ia juga berharap Pemerintah hadir dalam melakukan sosialisasi mengenai kesiapan menghadapi pasar ASEAN, serta mendukung iklim usaha yang kondusif melalui instrumen kebijakan persaingan.
Di sisi lain, kata dia, KPPU dengan instrumen hukum persaingan, akan hadir mengawasi perilaku pelaku usaha agar persaingan sehat dan pelaku usaha bertumbuh makin efisien dan produktif.
Reporter : Heno