Wajah & Masa Depan Jambi
  • Home
  • Advertorial
  • Daerah
  • Perkara
  • Peristiwa
No Result
View All Result
Wajah & Masa Depan Jambi
  • Home
  • Advertorial
  • Daerah
  • Perkara
  • Peristiwa
No Result
View All Result
Wajah & Masa Depan Jambi
No Result
View All Result
Home Opini

Watchdog (Anjing Penyalak atau Anjing Penonton)

Oleh: H Navarin Karim*

charlesirait by charlesirait
31 Maret 2024
in Opini
0
Watchdog (Anjing Penyalak atau Anjing Penonton)
0
SHARES
2
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

ADA dua macam suara anjing di tengah malam jika melihat sesuatu, suara seperti ketakutan dan suara menggonggong. Suara ketakutan mungkin juga menangis jika melihat yang aneh (apa itu). Orang minang mengatakan a tu (baca: hantu). Namun jika melihat gelagat/perilaku orang yang mecurigai di tengah malam yang sepi, anjing akan menggonggong.

Defenisi watchdog (E. Christianto, 2019) kemukakan kegiatan media/pers dalam melakukan pengawasan terhadap Lembaga sosial, politik maupun lembaga-lembaga ekonomis yang jika tidak diawasi dapat melakukannya. Artinya media/pers dapat melakukan pengawasan dengan mengekspos ke media jika lembaga fungasionalnya tidak berfungsi. Menurut penulis elite intelektual (dosen dan mahasiswa) berkewajiban melaksanakan watchdog ini, karena melekat fungsi seluruh warga negara melakukan kontrol social. Selain itu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Apalagi dosen dan mahasiswa selalu berpikir logis, rational, skeptis, kritis, sistimatis dan analitis.

Related posts

KAMMI Sulthan Thaha Universitas Jambi Menolak Efisiensi Anggaran Pendidikan

KAMMI Sulthan Thaha Universitas Jambi Menolak Efisiensi Anggaran Pendidikan

13 Februari 2025
Mayam

Mayam

6 Oktober 2024

Persoalannya sekarang, apakah peran akademisi sebagai watchdog masih eksis? Apakah hanya sebagai pengekor pemerintah/penguasa? Kuantitas orang pintar dan kritis seyogyanya sekarang makin banyak, malah kalah dengan kuantitas masa Orde Lama dan Orde Baru. Mereka bukan tidak tahu, tapi lebih memilih diam (silent), demi mengamankan diri. Artinya lebih memilih status quo, dan dapat predikat  “senang dengan kemapanan”.

Fakta berikut menarik disampaikan, terdapat 4.004 Perguruan Tinggi (PT) dengan rincian 184 Perguruan Tinggi Negeri (PTN), 3.820 Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Dari 4.004 PT tersebut, hanya 32 PT (0,8 %) yang mendeklarasikan demokrasi bermoral, menolak politik dinasti dan penyimpangan demokrasi. Tidak representasi memang, namun PT pertama dan kedua yang melakukan itu adalah Universitas Gajah Mada (UGM) dan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Dua PT yang masuk kategori paling tua dan terletak di kota budaya, seolah tetap concern menghargai budaya politik.

Diikuti urutan ketiga Universitas Indonesia (UI), merupakan PT legendaris yang dulu terkenal dengan aktivis-aktivisnya yang memprakarsai Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) ketika mencetuskan Tiga Tuntutan Rakyat (Tri Tura) masa Orla, sehingga Soekarno makin terdesak dan keluarlah Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) untuk menyerahkan kekuasaan kepada ORBA. Juga partisipasi akademisi UI pada Reformasi 1998. Namun terasa aneh sekarang ini akademisi seolah tidak bergeming dalam melakukan kontrol sosial, bahkan ada pula akademisi sebagai penghianat yang mencari dalil-dalil pembenaran penyimpangan penguasa.

Fenomena apa ini? Makanya penguasa merasa semakin bebas melakukan sesuatu. Fenomena ini dimulai maju dan terpilihnya RBR (Putera Jkw) sebagai Wali Kota Solo, lanjut BN (menantu Jkw) sebagai Wali Kota Medan. Merasa lemah kontrol masyarakat, memasukkan ipar Jkw ke Mahkamah Konstitusi (MK), maka terjadilah Keputusan aneh MK selanjutnya memuluskan langkah RBR menjadi Wapres. Wajar-wajar saja jika ada anggapan ada kecurangan-kecurangan dalam Pemilihan Presiden 2024. Tendensius sekali. Terakhir yang menjadi polemik adalah pemberian gelar Jenderal terhadap Presiden yang dianggap terpilih.

Kurangnya kontrol dari elite intelektual bermuara dapat kepada lunturnya idealisme dan sikap. Jika kita idententifikasi ciri-ciri negative bangsa Indonesia yang dikemukakan oleh budayawan Muchtar Lubis adalah watak yang lemah. Sinisme Muchtar Lubis ini masih relevan menurut Rahadian Rundjan (2019). Seharusnya tetap memelahara dan mandarah daging semangat encourage. Encourage artinya mendorong. Kata ‘encouraging’ merujuk pada tindakan memberi dorongan semangat atau dukungan kepada seseorang untuk melanjutkan usaha atau tindakan tertentu. (kamus Bab.la, 2024).

Penyebab lemahnya watak ini disebabkan karena lingkungan kita sudah negatif yang dipertontonkan dengan kehidupan materialis. Kesuksesan seorang diukur dari materi. Sistem kepangkatan dan jabatan tertinggi  yang memberi incentive dengan lompatan disparitas yang terjal, membuat akademisi berlomba-lomba dan khusuk menggapainya,  sehingga lupa fungsi sebagai kontrol sosial. Belum lagi kesibukan administrasi yang bukan merupakan pekerjaan substantif menambah lupa akan fungsi kontrol sosial yang masih melekat pada profesi tersebut. Mereka juga seolah sudah lupa terjebak dengan konsep Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Kita juga tidak bisa menyalahkan sepenuhnya para dosen yang mendapat kesempatan dalam meningkatkan kesejahteraan yang lebih baik.

Jadi ingat lagu Jamrud “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu, senangpun tak datang. Akhirnya mati kemudian”. Artinya mereka sudah capek hidup sederhana, inilah kesempatan meningkatkan kesejehteraan. Sementara aktivitivis mahasiswa gamang antara Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan aktif melakukan kontrol sosial.

Penutup.

Kontrol sosial akan efektif jika mendapat dukungan mahasiswa. Big question yang masih relevan  diajukan adalah: sementara akademisi lebih banyak jadi “watchdog penonton yang takut” ketimbang “watchdog penyalak”, siapa yang menjaga encourage mahasiswa? Perubahan demokrasi yang lebih baik hanya jadi mimpi kita semua.

*Dosen Jurusan Ilmu Politik dan Pemerintahan Unja

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
  • Lagi
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk berbagi pada Pinterest(Membuka di jendela yang baru)

Terkait

Previous Post

Penggiat Anti Korupsi dan Wartawan Bentuk Tim Investigasi Pengunaan DAK 2023 di Disdikbud Tebo

Next Post

Kado Paskah, Gubernur Al Haris Bantu Pembangunan GPIB Marturia 2 Jambi

Next Post
Kado Paskah, Gubernur Al Haris Bantu Pembangunan GPIB Marturia 2 Jambi

Kado Paskah, Gubernur Al Haris Bantu Pembangunan GPIB Marturia 2 Jambi

RECOMMENDED NEWS

Kabupaten Samosir Siap-siap Menjalani PSU

Kabupaten Samosir Siap-siap Menjalani PSU

1 tahun ago
Korlantas Sebut Ujian SIM C1 dan C2 Boleh Pakai Kendaraan Pribadi

Korlantas Sebut Ujian SIM C1 dan C2 Boleh Pakai Kendaraan Pribadi

2 tahun ago
Ricky Sangkal Saksi Sesro Provos Soal Kejadian Magelang Hanya Ilusi

Ricky Sangkal Saksi Sesro Provos Soal Kejadian Magelang Hanya Ilusi

3 tahun ago
Kala Sutradara Avatar 2 Tiru Rumah Panggung Dan Rakit Khas Suku Bajo

Kala Sutradara Avatar 2 Tiru Rumah Panggung Dan Rakit Khas Suku Bajo

3 tahun ago

FOLLOW US

  • 2.4k Followers

POPULAR NEWS

  • Sadis, Gadis Cantik Diwafatkan dengan Leher Nyaris Putus

    Sadis, Gadis Cantik Diwafatkan dengan Leher Nyaris Putus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bangkitnya Pabrik Kelapa Sawit PT PAL dengan Manajemen Baru Sudah Dinantikan Masyarakat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • LSM Mappan Minta Calon Kadis Pendidikan Muarojambi Ini Jangan Sampai Terpilih Karena diduga Banyak Kasus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Petinggi Tim Sukses Aspan – Tono Ramai-ramai Dukung Romi Haryanto untuk Gubernur Jambi, Ada Apa?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Semua Siswa SMK 3 Tak Bisa Ikut Seleksi SNMPTN, Kabid SMK Disdik Provinsi Terkesan Lempar Tanggung Jawab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Wajah & Masa Depan Jambi

Ikuti DataJambi di Sosial media:

Post Terbaru

  • Parah! Lewat Orang Kepercayaannya Kadinkes Muarojambi Diduga Kutip Setoran Dana BOK dari 22 Puskesmas
  • Alkes RSUD Ahmad Ripin Senilai Rp 14.8 Miliar Dalam Proses Pengiriman Namun Direktur dan Kadinkes Malah Bungkam
  • MK Putuskan Sekolah Gratis, BBS: Kita Tidak Kuat
  • Dewan Minta Pemkot Relokasi PKL Liar di Talang Banjar dengan Baik dan Adil
  • Kode Etik
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Copyright © 2022 datajambi.com • Created by Prisat

No Result
View All Result
  • Home
  • Advertorial
  • Daerah
  • Perkara
  • Peristiwa

Copyright © 2022 datajambi.com • Created by Prisat