DATAJAMBI, Merangin – Komunitas sastra SE Indonesia tampil di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta pada Senin, 11 Desember 2023, salah satunya perwakilan dari Jambi yaitu Sanggar Seni Batin Penghulu berasal dari Kabupaten Merangin. Mereka mereka menampilkan pementasan “Ompek Ganji Limo Gonok” ke tingkat nasional tampil dalam rangkaian kegiatan Pentas Karya “Sastra Perekat Kebinekaan” yang diinisiasi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kemendikbudristek.
Komunitas sastra yang ikut tampil dalam Pentas Karya kali ini berasal dari 11 provinsi. Di antaranya Perkumpulan Sabda Bunian dari Kep. Riau, Rumah Baca dan Kreativitas Tanah Ombak (Sumatra Barat), Sanggar Seni Budaya Batin Penghulu (Jambi), Komunitas Dongeng Dakocan (Lampung), Komunitas Ngejah (Jawa Barat), Komunitas Studi Sastra Tiga Gunung (Jawa Tengah) serta banyak lagi.
Sementara itu ompek Ganji Limo Gonok adalah tradisi lisan asli dari Desa Muara Kibul Kabupaten Merangin.
“Kita dapat undangan tampil di Jakarta oleh Badan Bahasa Kemendikbudristek RI perwakilan dari Jambi,” kata Ketua Sanggar Seni Budaya Batin Penghulu, Febri Muyu.
Para penampil Ompek Ganji Limo Gonok merupakan pelaku budaya asli dari Desa Muara Kibul yang gigih melestarikan budaya ini.
“Para penampil adalah tokoh-tokoh budaya yang gigih melestarikan budaya Ompek Ganji Limo Gonok, tahun depan bakal banyak lagi yang tampil di kegiatan ini,” ujar Deno Charles, Manager Sanggar Seni budaya Batin Penghulu dan Bendahara Dewan Kesenian Merangin pada Selasa, 12 Desember 2023.
Program ini memberi bantuan kepada 45 komunitas sastra, serta 34 maestro bidang sastra sebagai penerima apresiasi atas kiprah mereka bagi perkembangan sastra di Indonesia.
Dalam acara ini banyak menampilkan pertunjukan berupa musikalisasi puisi, teater, dongeng hingga baca puisi.
Melalui pertunjukan ini kebudayaan tradisi Merangin bisa dikenal dan generasi penerus bisa melanjutkan agar tetap lestari.
“Kami berharap peran dari Pemkab Merangin agar bisa aktif berpartisipasi baik dalam bentuk bantuan dana hibah, mau pun ruang dalam berekspresi para seniman budaya daerah Merangin,” tuturnya.
Diakui Deno bahwa keberangkatan ke Taman Ismail Marzuki, juga biaya sendiri, memang ada yang ditanggung panitia penyelenggara tapi tidak memadai.
“Alhamdulillah biaya sebagian ditanggung panitia, selebihnya kami dana pribadi, Meski minim perhatian tapi kami masih bisa berkarya dan berbuat untuk Merangin, semoga jadi perhatian Pemkab Merangin,” ucapnya.
Terpisah Asro Almurthawy, Ketua Dewan Kesenian Merangin mengatakan, seniman Merangin sudah berkarya tanpa sentuhan pemerintah daerah, diharapkan ke depan Pemkab Merangin bisa mengakomodir para seniman.
“Kami biasa terabaikan,tapi soal karya masih diakui, paling tidak tahun depan ada dana yang dianggarkan untuk dewan kesenian agar bisa membantu kawan-kawan seniman di daerah,” ujar Asro.