Kedua pengamatan tersebut mendorong sejumlah dokter untuk memperhatikan lebih rinci ihwal tren Covid-19 yang berhubungan dengan kolesterol.
“Ini adalah sesuatu yang perlu kita amati lebih lanjut,” ucap Ashish Sarraju, seorang ahli jantung di Cleveland Clinic, melansir NBC News. Ia juga menambahkan bahwa kedua observasi modern itu tergolong ‘provokatif’.
Penelitian pertama, yang diterbitkan dalam The Lancet Diabetes & Endocrinology pada awal bulan ini, mendapatkan bahwa orang dengan Covid-19 sebelumnya mempunyai 24 persen kenaikan risiko kadar kolesterol tinggi.
“Mereka yakni orang-orang yang tidak pernah mempunyai duduk perkara kolesterol sebelumnya,” kata salah satu penulis studi sekaligus ahli epidemiologi klinis, Ziyad Al-Aly.
Sebagian besar pasien Covid-19 yang diteliti cenderung memiliki kadar trigliserida dan kolesterol jahat yang tinggi setahun setelah terinfeksi. Mereka juga didapatkan memiliki kadar kolesterol baik yang rendah.
Penelitian kedua, yang diterbitkan dalam The Lancet Infectious Diseases pada selesai Desember, memiliki temuan serupa, terutama pada golongan usia muda.
Para peneliti di Swiss membandingkan kadar kolesterol 177 anggota militer Swiss yang terjangkit Covid-19 pada 2020 dengan 251 yang lain yang belum terinfeksi. Usia rata-rata penerima ialah 21 tahun.
Patricia Schlagenhauf, salah satu penulis sekaligus profesor di departemen kesehatan global dan masyarakat di Universitas Zurich menemukan bahwa golongan yang terinfeksi Covid-19 mempunyai kadar kolesterol yang lebih tinggi. Mereka juga mempunyai indeks massa badan yang lebih tinggi sehabis terinfeksi.
“Fakta bahwa orang-orang muda ini mempunyai kolesterol yang jauh lebih tinggi, LDL yang lebih tinggi, dan BMI yang lebih tinggi menunjukkan adanya gangguan metabolisme,” ucap Schlagenhauf.
Namun demikian, argumentasi mengapa SARS-CoV-2 menyebabkan kolesterol tinggi masih belum dikenali niscaya. Namun, para hebat mengira bahwa peradangan yang berlangsung saat bengkak mampu turut berkontribusi.
“Ada pergeseran perilaku, tergolong acuan makan dan kurang olahraga yang mampu menjadi aspek tingginya kadar kolesterol,” kata Glenn Hirsch, mahir kardiovaskular di National Jewish Health.
Dia memberikan timnya sudah menyaksikan kenaikan risiko kesehatan akhir terinfeksi Covid-19, termasuk diabetes, penyakit kardiovaskular, dan penyakit ginjal.
(del/asr)