DATAJAMBI,Batanghari – Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Batanghari Zulva Fadhil meminta semua anggotanya punya gagasan cemerlang untuk bisa menggali potensi kearifan lokal di daerah ini.
Ungkapan itu disampaikannya sewaktu mengadakan pertemuan beberapa hari belakangan ini di Teras Tembesu.
Pertemuan itu pula bertujuan untuk mengakrabkan yang mungkin secara personal tak terlalu dekat. Mudah-mudahan pertemuan ini bisa mengeluarkan ide-ide cemerlang.
“Kita bisa lihat bersama pemanfaatan kearifan lokal dari kayu-kayu yang ada. Pohon-pohon sudah tak produktif dibuat jadi wisata nan indah,” katanya pada Jumat 18 Februari 2022.
Dekranasda harus punya keluesan menggali potensi-potensi sumber daya alam guna meningkatkan daya saing pengrajin.
Zulva sempat terkenang kala melintasi kawasan hutan kota sebelum berubah nama jadi Teras Tembesu.
“Lewat sini malam-malam pasti ketakutan. Tak pernah terpikir akan ada cahaya di sini. Berkat kretifitas, kawasan ini bisa menghidupkan UMKM,” ujarnya.
Dia mengatakan mudah-mudahan kehadiran Teras Tembesu, Kecamatan Muara Bulian, kata Zulva mampu jadi motivasi Kecamatan lainnya menciptakan dan mengelola objek-objek wisata alam.
“Sehingga UMKM yang biasa jualan depan rumah bisa jualan di spot-spot wisata hasil tangan kreatif putra-putri terbaik daerah kita,” ucapnya.
Dekranasda harus mampu menghidupkan pengrajin dengan cara turun lapangan sembari pemetaan. Baginya pembinaan non fisik paling penting demi keberlangsungan UMKM.
“Identifikasi potensi kearifan lokal masing-masing desa, kelurahan dan kecamatan. Dekranasda harus mengejar, mungkin masyarakat tidak pede, tidak yakin kalau produk UMKM mereka bisa laku dan laris,” ujarnya.
Zulva mendapatkan laporan ada kerajinan kayu bulian di daerah Kelurahan Sridadi. Hasilnya berupa piring, guci dan ulekan. Karya-karya tersebut punya nilai seni tinggi ketika dijadikan interior rumah, kantor serta hotel.
“Makanya kalau kita berangkat ke luar daerah, mata dan pikiran jangan cuma ke tanah abang saja,”
Imajinasi anggota Dekranasda Kabupaten Batanghari harus akrif selama bepergian keluar daerah. Misalnya sewaktu berada di penginapan atau hotel-hotel.
“Lihat kondisi sekitar. Ini kok kayu bisa jadi vas bunga ya, ini kayu kok bisa jadi pigura, padahal itu kayu-kayu sisa. Tapi ketika diolah orang yang tepat, mengerti seni, maka bisa menjadi produk yang mempunyai nilai jual dan nilai estetika tinggi,” tuturnya.
Zulva tak ingin anggota Dekranasda punya pola pikir dangkal. Dekranasda Batanghari harus ada gebrakan anyar selama 2022. Capaian ini tak lepas dari tangan-tangan kreatif pengrajin.
“Orang kreatif pasti repot. Mungkin keinginan saya ini aga berat lah ya, karena jiwa seni saya agak lumayan. Tapi saya gak ahli teori, memang ada yang cuma ahli teori,” pungkasnya.