DATAJAMBI, Tebo – Dua kelompok Suku Anak Dalam (SAD) yakni kelompok Temenggung Apung Desa Muara Kilis, Kecamatan Tengah Ilir dan kelompok Temenggung Buyung Kecamatan Sumay Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi, nyaris bentrok. Hal ini dipicu salah paham antar kedua kelompok tersebut.
Informasi yang dirangkum media ini, kesalahpahaman timbul pasca salah seorang SAD bernama Bon meninggal dunia akibat kecelakaan tunggal di jalan koridor PT WKS.
Sementara isu yang berkembang di tengah masyarakat SAD menyebutkan, Bon meninggal dunia akibat terlindas sepeda motor yang dikendarai salah seorang SAD kelompok Temenggung Apung.
Hal itu membuat Jaek (orang tua Bon) tidak terima dan melaporkan kejadian tersebut kepada saudaranya yakni Temenggung Buyung. “Memang benar Jaek ada kemari, dia mengatakan anaknya terjatuh dari motor dan meninggal dunia,” kata Temenggung Buyung saat ditemui di kediamannya pada Minggu, 13 Februari 2022.
Menurut Jaek kata Temenggung Buyung, anaknya itu meninggal dunia karena terlindas motor yang dikendarai oleh warga Kelompok Temenggung Buyung. Namun tidak serta merta dia mempercayai penjelasan tersebut.
“Saya belum ketemu sama Temenggung Apung. Jadi belum bisa menyimpulkan,” katanya.
Ditanya apakah ada rencana mengumpulkan warganya untuk menyenangkan SAD Kelompok Temenggung Apung, Temenggung Buyung berkata, “Mana mungkin saya ribut sama kelompok Temenggung Apung. Kami masih ada ikan saudara.”
Terpisah, Temenggung Apung mengaku sudah mendapat kabar terkait kelompoknya bakal diserang sama kelompok Temenggung Buyung. Dia mengaku sudah siap. Namun, dia menyakini jika hal tersebut tidak bakal terjadi.
“Ini kan cuma salah paham. Maklum banyak yang menyampaikan tidak-tidak soal meninggalnya anak Jaek. Anak Jaek itu meninggal dunia karena terjatuh dari motor bukan karena terlindas motor,” kata Temenggung Apung.
Diakui Temenggung Apung, sudah dua hari ini dia bersama warga was-was atas kabar kelompok Temenggung Buyung bakal menyerang kelompoknya. Agar tidak terjadi ribut, Temenggung Apung menghubungi pendamping mereka dari Yayasan Orang Rimbo Kito (ORIK). Hal ini dibenarkan oleh Ketua ORIK, Ahmad Firdaus.
“Iya, ini saya baru dari sana. Saya sudah ketemu sama Temenggung Apung dan Temenggung Buyung. Intinya, ini hanya salah paham,” kata Firdaus.
Meski begitu kata Firdaus, dua kelompok SAD tersebut akan menyelesaikan permasalahan tersebut secara adat. Mereka sepakat dua hari ke depan akan melakukan musyawarah adat.
“Tadi sudah sepakat permasalahan ini dibahas dimusyawarah adat. Musyawarah bakal digelar pada Rabu nanti. Lokasinya kalau tidak di kantor desa, di rumah Temenggung Apung,” ujar Firdaus.
Firdaus berharap pada musyawarah adat nanti tidak terjadi lagi kesalahpahaman antara kedua kelompok SAD tersebut.
“Mereka semua mempunyai hubungan kekerabatan. Mudah-mudahan saat musyawarah adat nanti tidak ribut-ribut,” ucapnya.
Reporter: Syahrial