DATAJAMBI, Jambi – Konflik antara satwa dilindungi dan juga manusia semakin menjadi-jadi saja, belum lama ini kendaraan operasional BKSDA dan juga fasilitas kantor Frankfurt Zoological Society (FZS) menjadi sasaran amuk sejumlah warga Muara Danau, Kecamatan Renah Mendaluh, Tanjungjabung Barat.
Peristiwa bermula ketika gajah disebut-sebut masuk dan merusak sejumlah tanaman sawit warga, menyikapi laporan masyarakat Muara Danau tim dari BKSDA bersama FZS turun melakukan pemantauan dan penggiringan 3 ekor gajah yang dilaporkan merusak tanaman sawit warga.
Namun setelelah dilakukan pengecekan dilapangan, kebun-kebun masyarakat tersebut berada di kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) penyangga TN Bukit 30 Tiga Puluh yang merupakan habitat gajah sumatera.
Pada 21 Februari 2024, masyarakat pun mengundang tim penggiring gajah dari BKSDA dan FZS untuk bermusyawarah. Saat itu masyarakat meminta agar gajah tidak digiring melainkan dipindahkan dari kawasan Desa Muara Danau.
“Kita besoknya lagi tim menggiring gajah menjauhi kebun itu, kemudian nampaknya masyarakat tidak puas gitu ya. Terjadilah kejadian yang tidak diinginkan oleh kita semua,” kata Humas BKSDA Jambi Zuhra, Kamis 29 Februari 2024.
Sampai sekarang ya, kata Zuhra, kita semua sama-sama menjaga karena ini ada banyak pihak. Ada gajah, masyarakat, orang hutan. Bagaimana semuanya supaya tidak saling tersingkirkan.
Menurut Zuhra, langkah-langkah mitigasi sudah lama diupayakan oleh BKSDA seperti pembentukan kelompok peduli gajah yang terdiri dari masyarakat sekitar.
“Langkah mitigasi konflik itu selalu kita lakukan sesuai dengan panduan yang kita punya. Kalau dia (gajah) masuk ke pemukiman kita giring keluar. Secara jangka panjang memang karna bagaimanapun ini adalah habitat gajah kita berusaha bagaimana agar masyarakat bisa hidup berdampingan dengan gajah,” ujar Zuhra.
Zuhra pun mebyampaikan bahwa sebenarnya hasil penelitian yang ada di dunia sudah menunjukkan bahwa mausia dan satwa seperti gajah, bisa hidup berdampingan. Dia mencontohkan macam di India dan Sri Langka.
“Gajah dan masyarakat itu bisa-bisa saja hidup bersama. Ini kan kebetulan yang kita tanam yang disukai gajah. Tapi dalam hal ini kita sama-sama berjuang untuk kehidupan yang saling seimbang,” katanya.(*)