Medan – Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Padang Bulan, Medan, menyodorkan yang genit dan manis untuk mencegah penyakit seksual menular, termasuk HIV/AIDS.
Eiittss, jangan salah sangka dulu. Yang genit dan manis itu bukan dalam arti konotatif atau negatif loh!
“Genit dan manis yang kami maksud di sini adalah Gerakan Nikah Sehat Menuju Anak dan Ibu Sehat, disingkat ya itu tadi, Genit Manis,” kata Kepala Puskesmas Padang Bulan, dr Roosleyn Bakara MARS, kepada para wartawan di Kota Medan pada Jumat 2 Mei 2023 sore.
Ia bilang hal ini merupakan inovasi pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang bisa dilakukan oleh Puskesmas Padang Bulan.
Dan Genit Manis itu diluncurkan sebagai upaya mendukung penanganan kesehatan yang merupakan satu dari lima program prioritas Wali Kota Medan Bobby Nasution.
Ia bilang, fasilitas kesehatan milik Pemko Medan yang berlokasi di Jalan Jamin Ginting ini sudah resmi meluncurkan Program Genit Manis tersebut beberapa waktu yang lalu.
Kata dia, Program Genit Manis dihadirkan guna memberikan pengetahuan kepada masyarakat.
Terutama, kata dia, calon pengantin (catin) terkait pelayanan kesehatan reproduksi dengan tujuan agar terhindar dari penyakit infeksi menular seksual.
Ia bilang, infeksi saluran reproduksi serta HIV dan AIDS. Di samping itu sebagai upaya menghindarkan sang anak dari stunting.
Roosleyn Bakara mengatakan, angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia ternyata masih dalam kategori tinggi.
Dalam upaya menurunkan AKI dan AKB tersebut, pihaknya masih menghadapi berbagai tantangan seperti masalah akses, kualitas, dan disparitas dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
“Sebagian besar kematian baik AKI maupun AKB disebabkan oleh penyebab langsung yaitu perdarahan, infeksi dan hipertensi dalam kehamilan,” kata Roosleyn.
Sedangkan status gizi yang buruk dan penyakit yang diderita ibu, ungkap Roosleyn, merupakan penyebab tidak langsung kematian ibu.
Dikatakannya, dewasa ini masalah kesehatan reproduksi dan seksual pada remaja belum ditangani sepenuhnya.
Hal ini terlihat dengan masih tingginya perkawinan usia dini dan masih tingginya kelahiran pada usia remaja.
“Pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi dan seksual juga masih rendah. Selain itu kejadian kehamilan pada usia remaja juga masih tinggi,” ujarnya.
Reporter: Heno