Ketua UKK Hematologi – Onkologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Teny Tjitra Sari menyampaikan saat ini WHO telah mengingatkan jika kanker pada anak sudah menjadi prioritas.
“Jadi beberapa tahun terakhir ini WHO mengingatkan ini menjadi prioritas. Jadi kami harus memberikan kesadaran mengenai hal ini,” kata Teny dalam diskusi virtual, Sabtu , 4 Februari 2023.
Ia mengatakan dari jumlah tersebut, insidensi kanker pada anak di negara Asia (termasuk Indonesia) tergolong tinggi. Jumlah insidensi di Asia yakni 143.053 kasus, Afrika 62.776 kasus, Amerika 45.244 kasus, Eropa 26.467 kasus, dan Australia 1.879 kasus.
Untuk Indonesia berdasarkan data Srikandi periode 2016-2020, menurut Teny kanker pada anak paling banyak masih berjenis Leukemia dengan jumlah 13.343 kasus.
Kemudian tumor otak 1.740 kasus, limfoma non Hodgkin 1.633 kasus, tumor ginjal 1.183 kasus, karsinoma nasofaring 641 kasus, dan limfoma Hodgkin 346 kasus.
“Jadi untuk leukimia ini bisa dibilang ada 14 anak mengidap dari 100 ribu orang,” kata dia.
Selain data, ia mengatakan hal yang perlu diperhatikan pada kasus kanker anak yakni kualitas serta harapan hidup ke depan. Di negara berkembang seperti Indonesia, Teny mengatakan harapan hidup pengidap kanker masih rendah hanya 20 persen, sementara di banyak negara maju sudah 80 persen.
“Harapannya ini menurut WHO itu bisa naik sampai 60 persen,” ucap Teny.
Ia menambahkan pengidap kanker sebetulnya masih dapat diselamatkan, bahkan bisa dicegah melalui pola hidup sehat.
“Nah makanya itu yang pertama tentu pola hidup sehat, dari makanannya dan lainnya. Terus kalau memang ada gejala segera diperiksa untuk memastikan semua baik-baik saja. Jangan sudah parah baru diobatin. Kesadaran ini harus ditingkatkan,” katanya.
(lth/lth)