Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap kemunculan fenomena baru yang membuat prediksi hujan ekstrem mereda di akhir tahun agak meleset.
“Bibit siklon yang di utara punah. Namun ada tambahan munculnya Ex-siklon tropis Ellie sehingga fenomenanya menjadi berubah dibandingkan dengan kemarin,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring di Jakarta, Jumat ().
Ia mengatakan fenomena baru itu membuat perubahan cukup signifikan terhadap prediksi cuaca sebelumnya. Sebelumnya, BMKG memprediksi cuaca ekstrem di akhir tahun mereda.
“Jadi tanggal 31 Desember yang semula diprediksi situasinya membaik ternyata masih dalam waspada, intensitas hujan ekstrem dan bisa di atas ekstrem,” ujar Dwikorita.
“Jadi ini perubahannya cukup signifikan perlu kami sampaikan ke masyarakat bahwa situasinya menjadi tidak sebaik yang diprediksi kemarin,” kata dia.
Pada konferensi pers, Kamis (29/12), Dwikorita mengungkap kondisi curah hujan melemah di akhir tahun.
“Secara umum curah hujan melemah dari tanggal 30 ke 31 [Desember],” ungkapnya, “Jabodetabek 31 Desember alhamdulilah sudah berkurang, masih tersisa yang [indikator cuaca] oranye.”
Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Rajab mengatakan ada potensi hujan lebat pada dini hari tahun baru.
“Khusus tahun baru potensi hujan lebat dini hari, jadi kalau 31 Desember siang sore dan malam itu meningkat. Justru menjelang pergantian tahun mereda dan meningkat setelah pergantian tahun,” ujar dia.
Fenomena lama aktif
Dwikorita mengatakan fenomena-fenomena sebelumnya yang memicu hujan lebat dan angin kencang masih aktif, yakni Monsun Asia, serta masih teridentifikasi seruak dingin dan arus lintas ekuator, masih aktifnya Madden Jullian Oscillation (MJO).
Fenomena itu terjadi bersamaan dengan gelombang Kelvin Wave dan Rossby dalam sepekan terakhir, ex-siklon tropis Ellie yang terpantau di Australia barat.
Berdasarkan situasi itu, lanjut dia, hingga 4 Januari 2023 untuk wilayah Jawa secara umum potensi cuaca ekstrem masih harus diwaspadai terutama pada 30 Desember 2022 hingga 1 Januari 2023.
“Untuk wilayah Banten, DKI, dan Jawa Barat secara umum potensi cuaca ekstrem masih harus diwaspadai terutama pada 30 Desember 2022 hingga 01 Januari 2023,” paparnya.
Ia berharap Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) bisa berhasil mengurangi intensitas potensi cuaca ekstrem sehingga tidak setinggi yang diprediksikan.
Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Mayjen TNI Fajar Setiawan menyebut pihaknya berencana menggelar operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) di sejumlah wilayah jelang Tahun Baru 2023, di antaranya Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.
“Untuk TMC Banten, Jateng, Jatim, dan Bali ini adalah proses final terkait dengan pelaksanaan penyelenggaraan TMC. Mudah-mudahan dalam sehari atau dua hari ini kita akan bisa operasi. Tergantung nanti kesiapan dari BRIN dengan pesawat TNI Angkatan Udara,” katanya.
Menurut dia, TMC yang dilakukan oleh BRIN di Jawa Barat dan DKI Jakarta beberapa hari ini telah terbukti mereduksi curah hujan yang berpotensi ekstrem.
(Antara/arh)Baca Selengkapnya di Orasi.ID