“[Saya] sangat sedih atas kecelakaan yang menyedihkan dan tragis ini,” ujar Dahal, sebagaimana dilansir CNN.
Ia kemudian berkata, “Saya dengan lapang dada meminta personel keselamatan, semua tubuh-badan pemerintah Nepal dan publik untuk mengawali penyelamatan efektif.”
Pejabat kepolisian Nepal, AK Chhetri, menentukan bahwa petugas masih terus melaksanakan operasi evakuasi dan evakuasi.”Kami terus bekerja untuk mengevakuasi dan mengidentifikasi jasad secepat mungkin dan menyerahkannya ke keluarga,” ucap Chhetri, mirip dikutip AFP.
Seorang pejabat lokal sempat mengatakan bahwa “beberapa korban selamat” sudah dilarikan ke kawasan tinggal sakit. Namun, pihak maskapai Yeti Airlines tak mengonfirmasi kabar tersebut.
Kecelakaan itu sendiri menciptakan pesawat hancur berkeping-keping. Insiden ini terjadi ketika pesawat Yeti Airlines itu melayang dari Kathmandu.
Di tengah perjalanan, pesawat tersebut menabrak jurang yang terletak antara bandara setempat Pokhara dan bandara internasional gres, sesaat sebelum pukul 11.00 waktu lokal.
Juru bicara Yeti Airlines, Sudarshan Bartaula, menyampaikan pesawat itu menenteng total 72 orang. Dari keseluruhan penumpang dan kru itu, 68 di antaranya ditentukan meninggal dunia.
Sebagai negara dengan yang mempunyai 14 gunung tertinggi di dunia, Nepal memang tak gila dengan kecelakaan udara.
Insiden itu lazimnya terjadi sebab perubahan cuaca secara tiba-datang atau letak landasan sulit dijangkau sebab terletak di kawasan pegunungan.
Pada Mei 2022 lalu, penerbangan Tara Air yang menjinjing 22 penumpang menabrak pegunungan Himalaya. Kecelakaan itu merupakan peristiwa pesawat ke-19 dalam 10 tahun belakangan.
Kecelakaan pada Minggu ini pun kini menjadi kejadian paling besar di Nepal dalam tiga dekade terakhir.