Hal itu mereka ungkap saat menjadi saksi dalam persidangan dua terdakwa Tragedi Kanjuruhan Ketua Panpel Arema FC Abdul Haris, dan Security Officer Suko Sutrisno.
Hasdarmawan mengungkapkan dalam pertarungan Arema FC kontra Persebaya, pihaknya menerima perintah dari Polda Jatim untuk menolong Polres Malang melaksanakan pengamanan pertarungan.
Sebanyak 90 pasukannya pun dikerahkan. Dari jumlah itu sembilan orang di antaranya menjinjing senjata gas air mata.
“Saya sama anggota saya mobile dari pintu ke pintu, namun penjagaan bukan di pintu tetapi ke sektor. Menit 75 oleh Kasi Ops kami baru bergeser [ke dalam stadion],” kata Hasdarmawan di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Kamis , 26 Januari 2023.
Petaka muncul sesudah pertarungan final. Hasdarmawan menyebut, dikala itu, mulai banyak penonton masuk ke lapangan. Match steward pun berupaya mengusir.
Namun suasana kian tak terkendali, penonton mulai melaksanakan penyerangan berbentuklemparan batu dan botol.
Hasdarmawan dan pasukannya pun mulai menghalau penonton turun ke lapangan, Diawali dengan peringatan. Tapi hal itu tak digubris.
Hingga akhirnya ia pun mengerahkan pasukannya ke sisi selatan lapangan. Termasuk sembilan anggotanya yang menenteng senjata gas air mata.
“Karena serangan itu sudah banyak lemparan. Saya memerintahkan anggota untuk antisipasi penembakan. ‘Penembak gas gun persiapan penembakan! Masukkan peluru ke dalam senjata!’,” kata ia, menjawab pertanyaan jaksa.
Dalam kesaksiannya, Hasdarmawan mengaku menyuruh sembilan anggotanya untuk masing-masing menembak sebanyak empat kali. Maka menurut jaksa total tembakan yang dilakukan ada 36 kali.
“Kalau keluar semua iya [36 kali tembakan di dalam stadion],” ucapnya.
Namun dari puluhan tembakan itu, dia menampik menyuruh anggotanya mengarahkan gas air mata ke arah tribune. Arah tembakan, menurutnya disesuaikan dengan arah hadirnya bahaya. Amunisi yang dilontarkan itu, berwarna merah, biru dan silver.
“Kalau [perintah arahkan tembakan gas air mata] ke tribune tidak ada. [Arah tembakan] sesuai dengan bahaya,” ujar Hasdarmawan.
Hal itu, kata Hasdarmawan, dilakukannya tanpa komando siapapun. Padahal ia mengaku sudah menjajal menelepon atasannya.
“Saya menjajal kontak dengan HT kecil Kasi Ops AKP Daryono, namun tidak ada tanggapan,” tuturnya.
Usai menembakkan gas air mata di dalam stadion, Hardarmawan dan pasukannya kemudian keluar untuk membantu penyelamatan kendaraan beroda empat Baraccuda yang dinaiki Persebaya. Saat itu, dia mengaku memerintahkan anak buahnya untuk melakukan dua kali tembakan, untuk mengurai massa yang melakukan blokade.
Sementara itu, terdakwa Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik Achmadi menyampaikan awalnya 29 personelnya bertugas untuk melaksanakan pengawalan pemain dan official Persebaya dari hotel ke stadion.
Saat peluit panjang pertandingan dibunyikan, mereka lalu menyelamatkan pemain Persebaya yang berlari menuju ruang ganti. Saat itu, sejumlah penonton mulai melakukan serangan lemparan batu dan kayu. Pasukannya pun menghalaunya dengan tameng.
“Saat pemain Persebaya sudah dilempari, kami melaksanakan pinjaman dengan tameng diletakkan di atas kepala, itu telah ada lemparan, jadi lapangan menuju ke lorong sudah ada lemparan,” kata Bambang.
Namun serangan datang bertubi-tubi. Mereka terus berusaha bertahan mengusir semoga tak ada penonton yang masuk ke lorong hingga ruang ganti.
Namun, kata Bambang, mereka terus terhimpit. Beberapa anggotanya pun terluka. Ia pun memerintahkan dua anggotanya
“Anggota kami terbatas 29 orang, telah banyak yang sebagian terluka, jadinya aku memerintahkan dua anggota aku untuk menembakkan gas air mata,” katanya.
Lima amunisi itu masing-masing dua berwarna merah dan tiga berwarna kuning. Ia pun menyuruh anak buahnya untuk menembakkan ke arah tengah lapangan.
“Saya lihat depan gawang sebelah utara bergerombol paling banyak suporter, sehingga aku perintahkan tembakan ke tengah lapangan. ‘Tembak ke tengah lapangan satu kali!,” ucap Bambang, ketika memerintahkan anak buahnya dikala itu.
Bambang juga mengaku tidak tahu lebih dulu mana beliau dan pasukannya atau Brimob, yang menembakkan gas air mata, dikala insiden.
“Kami tidak tahu, kami tidak menyaksikan, yang kami tahu kami ini sudah diserang. Kalau kami tidak menembakkan gas air mata, maka pertahanan kami akan jebol, di dalam masih ada pemain Arema dan Persebaya,” ujarnya.